Pakar Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Prof Noer Azam Achsani mengemukakan bahwa keteladanan Nabi Yusuf ketika mengelola krisis pangan di Mesir bisa ditiru untuk maksud yang sama di Indonesia.
Pernyataan Noer Azam Achsani itu disampaikan dalam seminar bertema "Volatilitas Harga Kedelai dan Solusinya", akhir pekan ini demikian dikatakan Kepala Humas IPB, Ir Henny Windarti, MS.i, di Bogor, beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan itu, Azam mengutip surat dalam Al Quran tentang kisah Nabi Yusuf. Ia merujuk pada Nabi Yusuf yang menyatakan, "Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun berturut-turut secara sungguh-sungguh, kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan".
Menurut guru besar IPB itu, dari perkataan Nabi Yusuf tersebut, ada sekurangnya tiga solusi mengatasi krisis pangan.
Pertama, hendaknya bercocok tanam dengan bersungguh-sungguh, yakni dalam perspektif jangka panjang perlu dipikirkan benih, pupuk, teknologi, tantangan alam, dan sebagainya.
Kedua, dibiarkan pada tangkainya, mangandung maksud perlunya melakukan upaya penyimpanan dan pengawetan makanan, sebagai perspektif jangka menengah.
Ketiga, pengendalian konsumsi dengan makan secukupnya atau mengatur pola makanan, dalam perspektif jangka pendek.
"Dari sini lah saya mengakui Nabi Yusuf adalah `The Best Economist Ever'. Kalau kita percaya firman Allah SWT, seharusnya ini kita jadikan sebagai rujukan utama," katanya.
Menurut dia, pelajaran berharga yang dapat diambil teladan dari Nabi Yusuf yakni memenuhi kebutuhan secukupnya, dan bukan keinginan,
"Tidak ada ajaran agama untuk mengandalkan pembangunan ekonomi pada hutang dan tidak ada ajaran untuk mengatasi kelangkaan dengan impor, tetapi dengan manajemen stok," katanya menegaskan.
Ia menambahkan, keteladanan dari Nabi Yusuf lainnya sebagai ciri pemimpin yang baik di antaranya tata kelola yang baik (good governance), berilmu dan tidak harus putra daerah.
"Nabi Yusuf sendiri bukan berasal dari Mesir," katanya.
sumber : nu.or.id
Pernyataan Noer Azam Achsani itu disampaikan dalam seminar bertema "Volatilitas Harga Kedelai dan Solusinya", akhir pekan ini demikian dikatakan Kepala Humas IPB, Ir Henny Windarti, MS.i, di Bogor, beberapa waktu lalu.
Dalam kesempatan itu, Azam mengutip surat dalam Al Quran tentang kisah Nabi Yusuf. Ia merujuk pada Nabi Yusuf yang menyatakan, "Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun berturut-turut secara sungguh-sungguh, kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan".
Menurut guru besar IPB itu, dari perkataan Nabi Yusuf tersebut, ada sekurangnya tiga solusi mengatasi krisis pangan.
Pertama, hendaknya bercocok tanam dengan bersungguh-sungguh, yakni dalam perspektif jangka panjang perlu dipikirkan benih, pupuk, teknologi, tantangan alam, dan sebagainya.
Kedua, dibiarkan pada tangkainya, mangandung maksud perlunya melakukan upaya penyimpanan dan pengawetan makanan, sebagai perspektif jangka menengah.
Ketiga, pengendalian konsumsi dengan makan secukupnya atau mengatur pola makanan, dalam perspektif jangka pendek.
"Dari sini lah saya mengakui Nabi Yusuf adalah `The Best Economist Ever'. Kalau kita percaya firman Allah SWT, seharusnya ini kita jadikan sebagai rujukan utama," katanya.
Menurut dia, pelajaran berharga yang dapat diambil teladan dari Nabi Yusuf yakni memenuhi kebutuhan secukupnya, dan bukan keinginan,
"Tidak ada ajaran agama untuk mengandalkan pembangunan ekonomi pada hutang dan tidak ada ajaran untuk mengatasi kelangkaan dengan impor, tetapi dengan manajemen stok," katanya menegaskan.
Ia menambahkan, keteladanan dari Nabi Yusuf lainnya sebagai ciri pemimpin yang baik di antaranya tata kelola yang baik (good governance), berilmu dan tidak harus putra daerah.
"Nabi Yusuf sendiri bukan berasal dari Mesir," katanya.
sumber : nu.or.id